Selasa, 24 Juni 2014

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR Makalah





PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kuliah:
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SD


Oleh:
ABDUR ROHIM
ANDI LUKMAN FAIZAL
SUBAIRI
RUSDI YANTO
KHOLIS KURNIAWAN
UNIVERSITAS ABDURRAHMAN SALEH
SITUBONDO






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003).
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan pengisian angket (kuesioner), observasi, skala sikap dan portofolio. Pada evaluasi penilaian hasil belajar,  teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian instrumen Non-tes?
2.      apakah definisi hakikat asesmen?
3.      mencari tahu tentang asesmen kinerja
4.      apa yang di maksud dengan portofolio?
C.    Tujuan
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan kita dapat memahami dan mengetahui secara jelas tentang intrumen non tes, hakikat asesmen, asesmen kinerja, dan porto folio.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Instrumen Non Tes
Instrumen non tes berarti tehnik penilaian dengan tidak menggunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Jenis-jenis instrumen non tes di antaranya adalah angket (kuesioner), observasi, skala sikap, dan portofolio. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes saja. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.
B.   Hakikat asesmen alternative
    Selama ini umumnya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) dalam
melakukan penilaian walau diketahui  paper and pencil test mempunyai banyak
kelemahan disamping kelebihan-kelebihan. Ketika kita melakukan asesmen
menggunakan paper and pencil test,  kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah
kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur,
walau demikian guru  sudah dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta
didik tersebut. Dengan demikian sungguh kita tidak adil melakukan evaluasi dengan
cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi
tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end
product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif
buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai
kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori
peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau
mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas .
1.  Perlunya Penilaian Alternatif
Telah kita sadari bahwa kurikulum berkembang pesat mengikuti
perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian juga pengembangan kurikulum di
tingkat sekolah dasar, sehingga sistem pembelajaran tentunya juga menuntut pula
adanya perkembangan dalam pemilihan jenis strategi, metode, media maupun sistem
penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang
digunakan. Sebagai contoh dalam kurikulum IPA menghendaki pembelajaran secara
kontekstual,  mengkaitkan materi dengan dunia nyata atau sesuai dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik. Guru mengajarkan sains kepada siswa melalui pemecahan

DAFTAR PUSTAKA
Uno, Hamza B. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Nofijanti, Lilik. Baihaqi, M. dkk. 2008.  Evaluasi Pembelajaran paket. Suraba : lapis PGMI.
Departemen Pendidikan  Nasional. 2008. Perangkat Penilaian Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP SMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar